Patofisiologi Gangguan Cairan dan Elektrolit: Dehidrasi

Setiap hari tubuh kita terus berjuang menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit untuk memastikan organ-organ penting tetap berfungsi optimal. Namun, apa jadinya jika keseimbangan ini terganggu? Salah satu gangguan yang sering kali terabaikan adalah dehidrasi. Dehidrasi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di layanan medis. Kondisi ini terjadi ketika pengeluaran cairan tubuh melebihi pemasukan sehingga terjadi defisit volume cairan total. Selain itu, dehidrasi juga sering disertai gangguan keseimbangan elektrolit seperti natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl–), dan lain-lain. Gangguan ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat karena memengaruhi fungsi vital organ-organ tubuh.
Mengenal Dehidrasi
Dehidrasi bukan sekadar rasa haus biasa. Ini adalah keadaan di mana tubuh kehilangan lebih banyak cairan (ouput) dibandingkan yang masuk (intake). Cairan tubuh sangat penting karena berfungsi menjaga suhu tubuh, membantu metabolisme, mengantarkan nutrisi, dan mengeluarkan racun dari tubuh.
Jenis Dehidrasi
Terdapat 3 jenis dehidrasi yaitu:
- Dehidrasi Hipotonik: ketika eletrolit menghilang dengan cepat
Dehidrasi hipotonik terjadi saat tubuh kehilangan elektrolit, terutama natrium, lebih banyak dibanding cairan. Kondisi ini sering dialami oleh mereka yang mengalami gangguan ginjal atau yang aktif secara fisik tanpa asupan elektrolit yang cukup.
2. Dehidrasi Isotonik: penyebab utama dehidrasi yang tidak disadari
Dehidrasi ini terjadi ketika cairan dan elektrolit hilang secara seimbang. Umumnya disebabkan oleh diare atau muntah. Anak-anak sering menjadi korban karena kondisi ini bisa terjadi cepat dan sulit dikenali sejak dini.
3. Dehidrasi Hipertonik: ketika cairan tubuh berkurang dengan cepat
Jenis ini terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak air dibanding elektrolit. Penyebabnya bisa kondisi medis seperti diabetes insipidus atau karena terpapar suhu tinggi dalam waktu lama tanpa hidrasi/asupan cairan cukup.
Mekanisme Patofisiologi Terjadinya Dehidrasi
Pengeluaran Cairan Berlebihan
- Melalui gastrointestinal: diare akut/berkepanjangan, muntah-muntah
- Melalui ginjal: poliuria akibat diabetes insipidus/mellitus
- Melalui kulit/paru-paru: keringat berlebihan/demam tinggi/tachypnea/burns
Asupan Tidak Adekuat
- Akses minum yang terbatas, umumnya pada bayi dan lansia
- Penurunan kesadaran
- Gangguan disfagia/neurogenik
Regulasi Hormon & Respons Kompensatorik Tubuh
Ketika volume ECF (extra celular fluid) turun:
- Baroreseptor mendeteksi penurunan tekanan darah → aktiviasi RAAS (Renin-Agiotensin-Aldosteron System) → sekresi aldosteron → reabsorpsi Na+ & H2O di ginjal meningkat.
- Osmoreseptor hipotalamus mendeteksi peningkatan osmolalitas → sekresi ADH → reabsorpsi H2O meningkat di tubulus distal/kolektivus.Jika kompensatori gagal memenuhi kebutuhan homeostasis—terjadi syok hipovolemik hingga kematian selular akibat perfusi jaringan buruk.
Tanda-tanda Dehidrasi
Dehidrasi sering ditandai dengan gejala seperti haus ekstrem, mulut kering, lemas, pusing, serta penurunan frekuensi buang air kecil. Jangan anggap enteng gejala-gejala ini, karena bisa mengarah pada kondisi lebih serius seperti gangguan ginjal hingga syok.
Penanganan Dehidrasi
Penanganan dehidrasi tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
- Rehidrasi Oral: Menggunakan larutan rehidrasi oral (ORS) untuk menggantikan cairan dan elektrolit.
- Rehidrasi Intravena: Pada kasus dehidrasi berat, cairan intravena mungkin diperlukan.
- Pengobatan Penyebab: Mengobati kondisi medis yang mendasari, seperti infeksi atau gangguan pencernaan.
- Pencegahan: Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hidrasi, terutama pada cuaca panas atau saat berolahraga.
Dehidrasi adalah kondisi serius yang dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Memahami mekanisme terjadinya dehidrasi dan faktor penyebabnya sangat penting untuk pencegahan dan penanganan yang efektif. Dengan penanganan yang tepat, dehidrasi dapat diatasi dan komplikasi yang lebih serius dapat dihindari.
Referensi
McCance, K. L., & Huether, S. E. (2021). Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children. Elsevier.
Porth, C. M. (2021). Essentials of Pathophysiology: Concepts of Altered Health States (10th ed.). Wolters Kluwer.