Patofisiologi Gangguan Pernapasan

SHARE


Gangguan pernapasan mengacu pada keadaan di mana proses pertukaran gas dalam tubuh, khususnya mencakup oksigen dan karbon dioksida, terganggu. Gangguan ini bisa disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi saluran napas, paru-paru, atau pusat regulasi napas. Secara umum, patofisiologi gangguan pernapasan dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme yang mendasari, seperti gangguan ventilasi, difusi, perfusi, dan regulasi. Tulisan ini akan mengulas secara rinci mengenai mekanisme patofisiologi gangguan pernapasan, alur terjadinya gangguan.

Terdapat empat mekanisme Patofisiologi Gangguan Pernapasan yang akan diuraikan sebagai berikut:

Gangguan Ventilasi

Ventilasi adalah proses pernapasan yang mengacu pada pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Gangguan ventilasi terjadi ketika terdapat hambatan atau penurunan kapasitas paru-paru dalam mengalirkan udara. Gangguan ini dapat disebabkan oleh obstruksi jalan napas, kelainan pada dinding thoraks, atau kelainan pada otot-otot pernapasan.

Mekanisme Patofisiologi Gangguan Ventilasi
Ventilasi pernafasan terganggu karena dua mekanisme utama:

  • Obstruksi Saluran Napas

Ketika saluran napas mengalami penyempitan, baik karena peradangan (misalnya pada asma atau bronkitis), produksi mukus yang berlebihan (seperti pada PPOK), atau benda asing, udara yang masuk dan keluar dari paru menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan penurunan aliran udara, yang pada gilirannya mengurangi jumlah oksigen yang mencapai alveolus.

Proses:

Penyempitan saluran napas → aliran udara menurun → volume tidal berkurang → oksigenasi jaringan menurun.

Sebagai kompensasi, tubuh berusaha meningkatkan frekuensi napas, namun ini tidak cukup untuk mengatasi kekurangan oksigen jika kondisi terus berlangsung.

  • Kelemahan Otot Pernapasan

Dalam beberapa kondisi seperti penyakit neuromuskular (misalnya pada distrofi otot), otot-otot pernapasan tidak dapat berfungsi secara efisien. Kelemahan otot ini mengurangi kemampuan tubuh untuk menghasilkan tekanan yang cukup untuk menggerakkan udara masuk dan keluar dari paru.

Proses:

Otot pernapasan lemah → ventilasi terganggu → hipoventilasi → penurunan oksigen dalam darah (hipoksemia) dan akumulasi karbon dioksida (hiperkapnia).

Gangguan Difusi
Difusi adalah proses pertukaran gas antara alveolus dan kapiler paru. Gas oksigen dari udara yang terhirup harus berdifusi melalui membran alveolar untuk memasuki darah, sedangkan karbon dioksida dikeluarkan dari darah ke dalam alveolus untuk dikeluarkan melalui napas.

Mekanisme Patofisiologi Gangguan Difusi
Gangguan difusi umumnya terjadi karena adanya penebalan membran alveolar, yang menghambat pertukaran gas. Penebalan ini bisa terjadi akibat fibrosis paru, infeksi (seperti pneumonia), atau kondisi lainnya yang merusak jaringan paru.

Proses:

Kerusakan pada membran alveolar atau peningkatan ketebalan membran → resistensi terhadap difusi meningkat → pertukaran gas terganggu.

Penurunan oksigenasi darah (PaO?) menyebabkan hipoksemia, sementara karbon dioksida (PaCO?) tetap berada dalam darah, menyebabkan hiperkapnia jika tidak segera diperbaiki.

Gangguan Perfusi
Perfusi adalah proses aliran darah melalui kapiler paru yang memungkinkan pertukaran gas antara darah dan alveolus. Gangguan perfusi sering terjadi akibat sumbatan pembuluh darah, seperti yang terjadi pada emboli paru.

Mekanisme Gangguan Perfusi
Gangguan perfusi menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (V/Q), yang terjadi ketika aliran darah ke alveolus berkurang sementara ventilasi masih berfungsi normal.

Proses:

Emboli paru menghambat aliran darah → beberapa alveolus tidak mendapatkan aliran darah untuk pertukaran gas → ventilasi yang tidak disertai perfusi menyebabkan ketidakseimbangan V/Q (ventilasi/perfusi). Akibatnya, meskipun udara dapat mengalir ke alveolus, tidak ada darah untuk menyerap oksigen atau membuang karbon dioksida. Ini menyebabkan hipoksemia yang sulit dikoreksi.

Gangguan Regulasi Sistem Pernapasan
Pusat pengaturan pernapasan terletak di medula oblongata otak, yang mengontrol frekuensi dan kedalaman napas berdasarkan rangsangan dari kemoreseptor pusat dan perifer. Gangguan pada sistem pengaturan ini bisa terjadi akibat cedera otak, penyakit metabolik, atau pengaruh obat-obatan.

Mekanisme Gangguan Regulasi
Gangguan pada pusat pernapasan atau kemoreseptor dapat menyebabkan hipoventilasi atau apneu, yang menyebabkan penurunan oksigen dalam darah dan akumulasi karbon dioksida.

Proses:

Gangguan pada pusat napas → penurunan frekuensi atau kedalaman napas → penurunan ventilasi → akumulasi karbon dioksida dalam darah → asidosis respiratorik.

Akibatnya, tubuh berusaha untuk memperbaiki ketidakseimbangan gas dengan mempercepat detak jantung atau meningkatkan usaha pernapasan, namun jika gangguan tidak diatasi, kondisi ini bisa berlanjut ke gagal napas.

 

Referensi:

Port, C. M. (2011). Essential Pathophysiology: An Approach to Clinical Problem Solving. Lippincott Williams & Wilkins.

West, J. B. (2012). Respiratory Physiology: The Essentials (9th ed.). Lippincott.

Huether, S. E., & McCance, K. L. (2020). Understanding Pathophysiology (7th ed.). Elsevier.