PEMBERIAN OBAT TETES DAN SALEP MATA

SHARE

Mata adalah organ sensoris yang berfungsi vital dalam kehidupan.  Stimulus cahaya yang diterima dan diproses oleh mata diteruskan ke otak agar kita dapat melihat. Indera penglihatan ini memungkinkan manusia untuk menavigasi lingkungan, menafsirkan warna, dan memelihara kesehatan dan keselamatan saat melakukan aktivitas sehari-hari.

Pemberian medikasi pada mata harus dilakukan secara hati-hati. Organ berbentuk bulat ini termasuk yang paling sensitif dengan terapi pengobatan. Kornea mata yang terletak pada bagian tunika okuli (mata bagian luar) mengandung banyak serabut saraf sehingga sangat peka terhadap rangsang. Aplikasi obat mata dalam bentuk tetes maupun salep sebaiknya tidak langsung diberikan pada area tersebut.  Risiko penularan infeksi antara mata yang satu dengan yang lain juga sangat tinggi, sehingga tekhnik aseptik perlu dilakukan secara tepat.

Peresepan obat tetes dan oles mata umumnya ditujukan untuk mengobati gangguan pada bola mata dan/atau struktur organ aksesoris mata yang sifatnya akut ataupun kronis. Indikasi lainnya adalah untuk mencegah dan mengobati inflamasi atau infeksi, serta untuk meningkatkan kenyamanan dan mencegah kerusakan struktur okuler. 

Perawat harus mengutamakan prinsip keamanan atau keselamatan pasien (patient safety) setiap kali akan, sedang, dan setalah pemberian obat mata untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengobatan (medication error). Selain penerapan prinsip enam benar dalam pengobatan, Shaw (2014) secara khusus menekankan agar administrasi obat topikal tetes dan oles mata harus diberikan;  pada waktu yang tepat, dalam kekuatan yang benar, melalui rute yang benar, kepada orang yang tepat, serta pada mata yang benar. Pasien dan keluarga juga perlu diedukasi untuk memperhatikan keamanan dalam pemberian obat karena pada kebanyakan kondisi pasien harus mampu mengaplikasikan obat mata secara mandiri terutama pada gangguan yang membutuhkan pengobatan terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama, seperti pada pasien dengan gloukoma.

Sebelum pemberian obat, perawat perlu melakukan penilaian keadaan umum mata pasien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah perubahan baik yang sifatnya positif maupun negatif, seperti adanya drainase, tanda-tanda peradangan, dan perbaikan atau penurunan penglihatan. Setiap perubahan yang terdeteksi harus dicatat dan dilaporkan. Khusus untuk perubahan yang sifatnya negatif, maka bantuan medis mungkin segera dibutuhkan.  Perawat juga perlu melakukan pengkajian kemungkinan adanya alergi pasien terhadap obat atau salah satu bahan obat. Periksa nama pasien, dosis, rute, dan waktu pemberian. Tanggal kadaluwarsa dan hasil pemeriksaan laboratorium yang mungkin mempengaruhi pemberian obat juga ditinjau sebelum obat tetes atau salep mata diberikan. 

 Persiapan alat

  1. Obat tetes atau salep mata yang diperlukan
  2. Tissue
  3. Sarung tangan
  4. Kom berisi air hangat atau larutan fisiologis
  5. Bola kapas atau waslap
  6. Bengkok
  7. Buku/lembar catatan pengobatan

Prosedur kerja

  1. Siapkan alat dan bahan
  2. Perhatikan privasi pasien
  3. Perkenalkan diri dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
  4. Cek identitas pasien.
  5. Patikan melakukan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
  6. Menanyakan riwayat alergi pasien
  7. Posisikan pasien dengan nyaman, bisa duduk atau berbaring. Miringkan kepala pasien sedikit ke belakang jika duduk, atau letakkan kepala pasien di atas bantal jika berbaring. Kepala dapat sedikit dimiringkan pada sisi mata yang sakit untuk menghindari kontak air mata dengan mata lainnya yang sehat
  8. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
  9. Bersihkan mata dengan waslap yang dibasahi dengan air hangat atau kapas yang telah dibasahi dengan cairan NaCl. Tindakan ini diperlukan misalnya saat ada kerak atau nanah di kelopak mata. Gunakan setiap area permukaan pembersih satu kali, bergerak dari bagian canthus dalam menuju luar.
  10. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
  11. Gunakan sarung tangan yang baru
  12. Obat tetes; kocok botol dengan lembut sebelum digunakan untuk memastikan obat tersebut tercampur dengan baik. Lepaskan tutup dari botol obat, hati-hati jangan menyentuh sisi bagian dalam. Balikkan wadah plastik monodrip yang biasa digunakan untuk mengalirkan tetes mata. Salep: buka tutup salep, hati-hati jangan menyentuh sisi bagian dalam.
  13. Minta pasien melihat ke atas dan fokus pada sesuatu di langit-langit kamar.
  14. Tempatkan ibu jari atau dua jari di dekat tepi kelopak mata bawah, tepat di bawah bulu mata dan berikan tekanan ke arah bawah.
  15. Tetes: Teteskan obat pada konjugtiva bawah sesuai dengan dosis yang ditentukan dengan jarak ujung tip 1-2 cm di atas bola mata. Salep: pegang tabung salep dekat dengan mata, tetapi hindari menyentuh kelopak mata atau atau bulu mata. Peras wadah dan oleskan sekitar 1⁄2 inci salep dari tabung. Oleskan salep dari canthus dalam ke canthus luar. Putar tabung salep untuk menghentikan aliran obat. Jangan sentuh ujung mata.
  16. Anjurkan pasien untuk menutup dan mengedip-ngedipkan mata dengan lembut.
  17. Berikan tekanan lembut pada canthus bagian dalam untuk mencegah tetes mata mengalir ke saluran air mata.
  18. Jika obat yang diberikan memiliki efek sistemik, pijat lembut area kanalis lakrimalis di sekitar hidung sekitar 30-60 detik.
  19. Anjurkan pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit.
  20. Bersihkan bekas obat dengan kapas atau tissue.
  21. Lepaskan sarung tangan.
  22. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman.
  23. Bereskan alat.
  24. Cuci tangan
  25. Dokumentasikan pemberian obat segera setelah pemberian
  26. Mengevaluasi respon pasien setelah pemberian obat.

Dokumentasi
Obat-obatan yang diberikan harus didokumentasikan secara akurat dalam catatan pasien. Metode atau format pencatatan disesuaikan dengan pedoman rumah sakit. Hal-hal yang perlu didokumentasikan mencakup tanggal, waktu, dosis, rute pemberian, dan tempat pemberian ( mata kanan atau kiri atau kedua mata). Perawat juga harus setiap kejadian atau kondisi yang tidak diharapkan termasuk melaporkan jika pasien menolak pengobatan atau obat tidak dapat diberikan dengan dosis yang sesuai.  

Kondisi yang tidak diharapkan

  1. Pasien mengeluh sakit atau perih pada mata atau adanya efek samping lokal lainnya, misalnya, sakit kepala dan iritasi mata. 
  2. Pasien mengalami efek sistemik dari tetes, seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah atau sebaliknya.

Hal-hal khusus yang perlu diperhatian
1.    Pertimbangan pediatrik

  • Bayi seringkali menolak pemberian obat dengan cara menutup mata dengan ketat. Pada kondisi ini, posisikan bayi berbaring terlentang dan tempatkan obat di sudut hidung. Ketika bayi membuka mata, maka obat akan langsung mengalir ke dalam mata. 
  • Jika bayi mendapatkan kedua resep baik tetes maupun salep, maka berikan obat tetes terlebih dahulu. Setelah 3 menit baru berikan obat salep. 
  • Jika salep mata diberikan sekali sehari, maka berikan di waktu menjelang tidur.

2.    Pertimbangan geriatrik
Sebelum memberikan obat pada lansia, evaluasi kemampuan pasien untuk melakukan semua langkah yang diperlukan untuk administrasi obat tetes mata dan salep.

3.    Pertimbangan edukasi

  • Jelaskan pada pasien yang mendapatkan obat dengan efek midriasi (agen yang digunakan untuk melebarkan pupil), maka efek nya adalah akan terjadi gangguan penglihatan sementara (mata kabur).
  • Pada pasien yang menerima obat yang melumpuhkan otot-otot mata seperti scopolamine dan atropin, maka pasian tidak boleh mengemudi atau melakukan aktivitas apa pun yang memerlukan penglihatan akut menerima obat.

 

Sumber rujukan:

  1. Lynn P (2011) Taylor’s Clinical Nursing Skills, A Nursing Process Approach, Third Edition. Philadephia: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins
  2. Marsden J (2007) An Evidence Base for Ophthalmic Nursing Practice. Chichester: Wiley.
  3. Perry AG, Potter PA, Ostendroft WR (2014) Clinical Nursing Skills and Technics. 8th Edition. Missouri: Elsevier Mosby
  4. Shaw M (2014) How to administer eye drops and ointments. Nursing Times; 110: 40, 16-18.